Museum Soeharto di Kemusuk Bantul

“Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi perjuangan kalian akan lebih berat, karena melawan saudara sendiri,” itulah yang pernah dikatakan Bung Karno atau Ir. Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia. 

Beliau adalah salah satu tokoh favorit saya. Lhoh lhoh kenapa malah bahas Bung Karno sih. Yaudah deh dengan terpaksa senang hati mari kita bahas soal Soeharto. Berhubung saya bukan pengagum beliau mari kita bahas museumnya saja.
Jadi berhubung saya tinggal di Bantul, marilah saya mengajak diri sendiri kali itu ditemani Ibu saya berkunjung ke Museum Soeharto. Museum Soeharto berada di Dusun [Kemusuk] Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Museum ini dibangun oleh keluarga Soeharto dan peresmian dilakukan pada tanggal 8 Juni 2013 di Dusun [Kemusuk] Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Probosutedjo dan Hardiyanti Hastuti. Probosutedjo merupakan adik Soeharto. Peresmian oleh adik Soeharto ini dilakukan bertepatan dengan hari lahir Soeharto.
Bangunan ini dianggap sebagai bangunan bersejarah berbentuk museum yang menyimpan memori dan peninggalan-peninggalan Soeharto. Museum ini dibangun di atas lahan seluas 3.620 meter persegi, bertujuan untuk mengenang jasa dan pengabdian Soeharto semasa hidupnya untuk bangsa Indonesia yang harapannya dapat  menjadi inspirasi bagi generasi muda. Koleksi yang tersimpan di dalamnya berisi  benda kenangan milik Soeharto sejak berdinas di kemiliteran hingga ketika menjabat sebagai presiden Republik Indonesia, juga beragam prestasi yang pernah diraih semasa menjabat Presiden ke-2 Indonesia.





Ketika saya memasuki museum ini terdapat patung besar Jenderal Besar H.M. Soeharto. Usut punya usut patung tersebut, karya seniman Edhi Sunarso dan bersebelahan dengan batu besar prasasti peresmian museum. Sebelum masuk saya mengisi buku tamu, tidak ada pungutan atau bayaran yang diminta sama sekali.

Saya pun masuk ke dalam museum dengan perasaan tidak enak, karena suasananya sangat sepi saat itu. Ibu saya sibuk berkeliling dan sedang mencari toilet. Saya memberanikan diri masuk, dengan pikiran berkecamuk. Baiklah saya masuk sambil mengusap leher saya karena mulai merinding “okay okay vee its okay” saya menenangkan diri saya sendiri. Memutuskan untuk menyibukan diri dengan kamera dan memotret. Saya memasuki ruang diorama yang dikemas dengan perpaduan tradisional dan modern. Memasuki ruangan ini, saya disambut dengan instalasi roll film berisi dokumentasi visual gerak tentang perjuangan Soeharto. Selain itu juga terdapat diorama perjuangan ketika melakukan koordinasi dengan Panglima Besar Jenderal Sudirman pada Serangan Umum 1 Maret 1949. 

Diorama penghargaan Soeharto dan juga yang paling sedih dan mata saya berkaca-kaca adalah foto jenazah korban G30SPKI. Ahhh saya sudah enggan lalu saya bergegas mencari jalan keluar. Ada juga video yang menggambarkan sosok Soeharto mulai dari lahir, sampai kemudian berperan di peristiwa 1965, perjalanan menjadi presiden, dan melakukan pembangunan, hingga kemudian meninggal dunia. Ya menurut saya Ah!Tentu saja! karena ini museum dibangun keluarga, tidak ada di video itu bagaimana Soeharto didemo mahasiswa dan tumbang. 

Museum Soeharto yang terlihat "hanya" penampakan Soeharto yang dekat dengan rakyat, pembangunan di bidang pertanian, dan lainnya. Selain ruangan berisi foto-foto kesuksesan Soeharto dan julukan the smilling. Ada juga ruangan lain yang ditutup dan terbatas untuk dikunjungi, ihhh kalau saya sih udah cukup sampai ruangan diorama itu. Merindingggg

Tips:
Museum ini memiliki lapangan parkir yang luas.
Bisa muat sekitar 5-10 bus besar
Perjalanan dari Kota Yogyakarta menuju Kemusuk lebih kurang 1 jam kalau sedang peak season.



14 comments

  1. Waahh, kudu berombongan kihh nek mrono... Kok nakutin sepinya

    BalasHapus
  2. Sepertinya pengurus kurang update ya agar banyak yang berkunjung ke museumnya. Aku suka museum tapi yang ada aroma masa lalu bukan yang dibuat-buat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya kalaau museum dibangun keluarga ya you knowlahh ya misss kwkkw

      Hapus
  3. Sebenere ini deket sama rumahku. Tapi belum pernah ke sini. Tahu gitu oas mau ke situ aku ngikut mak. Suka bingung nyari temen akutu, wkwk

    BalasHapus
  4. Biasanya kalo masuk museum kesannya gitu ya, merinding.. hehehe.. di Monjali aja dulu aku merasa begitu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak gatau kenapa apa karena lampunya yang remang2, harusnya kan bikin image museum yang ga serem ya mbak

      Hapus
  5. Kok kayak gelap gitu si mb museumnya, apa karena lighting?. Aku aslinya seneng main ke museum, tapi entah kenapa agak hard feeling sama Pak Harto 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga Hard Feeling sih sama Bapak ini, hmmm mending rasain sendiri pas masuk deh sensasi merinding dan auranya kwkwkkw

      Hapus
  6. aku pernah kesini makkkk, yang seneng banget Ical, seneng dia kalo yang sejarah-sejarah gini, ampe minta muter 2x buat baca-baca lagi infonya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh cucokk makk hahahahah kapan kesini lagi mak

      Hapus
  7. eh ya ampun, aku pernah ke sini, dan ndilalahnya malah duduk-duduk di pendoponya dan di deretan kursi panjang yang ada di bagian belakang dari pendopo. Aku baru ngeh, kalau kala itu malah ga masuk ke museumnya. hahahaha. Terima kasih ya infonya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahhh cobain deh manda masuk, wong gratis og manda hahahahha

      Hapus