kita bertiga saja, duduk
aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput
kau entah memesan apa
dia entah memesan apa
aku memesan batu, di tengah sungai terjal yang deras
kau entah memesan apa
ia entah memesan apa
tapi kita bertiga saja, duduk
kau dan dia memesan rasa sakit yang tak putus dan nyaring lengkingnya
aku memesan rasa lapar yang asing itu
Judul : Pejuang, Pemenang, dan PecundangPenulis : Albertus Purnomo, OFM
Penerbit : Kanisius
Terbit : 2016
Tebal : 192 Halaman
ISBN : 978-979-21-4981-4
Hidup adalah sebuah pertarungan. Hidup yang keras bergulir dari tahun
ke tahun membuat manusia harus bertahan menjadi pejuang yang terkadang
harus menyerang, bertahan dan menerapkan strategi-strategi agar tidak
menjadi pecundang. Hidup adalah pertandingan tiada akhir.
Buku Pejuang, Pemenang, dan Pecundang menceritakan kisah
hidup 8 tokoh besar dalam Perjanjian Lama yang disebut kembali dalam
Perjanjian Baru. Mereka adalah Harun, Yitro, Yosua, Gideon, Samuel,
Saul, Daud, dan Salomo.
Delapan tokoh besar ini bisa disebut juga sebagai pahlawan karena
berperan begitu besar bagi kemuliaan Tuhan. Mereka tetaplah manusia
biasa yang mempunyai kelemahan. Salah satunya Harun, saudara Musa, yang
biasa disebut pembawa damai yang dikagumi dan dicintai banyak orang.
Cinta damai adalah suatu kelebihan. Tetapi dia juga mempunyai
kekurangan.
Setiap Musa mengalami kesulitan, Harun selalu menghilang, tanpa
jejak. Sebagai seorang yang cinta damai dia menghindari konflik. Tidak
ada yang tahu persis. Harun sendiri juga pernah melanggar perintah Tuhan
dengan mendirikan patung lembu emas. Akibat perbuatan Harun, tiga ribu
orang Lewi dihukum Tuhan (halaman 19).
Musa adalah menantu seorang imam besar, Yitro yang merupakan maestro
dalam seni memimpin. Salah satu seni memimpin terletak pada cara
mendelegasikan dan mempercayakan tugas kepada orang lain. Musa adalah
seorang yang kuat, tangguh, dan tulus. Namun dia lemah dalam
kepemimpinan secara efektif.
Imam Yitrolah yang memberikan pengetahuan pada Musa bahwa pemimpin
tidak dapat berjalan seorang diri. Pemimpin juga harus membuat rakyat
mengerti soal hukum, ketetapan-ketetapan Tuhan serta kepraktisan hidup
(halaman 59). Musa memiliki seorang abdi, Yosua. Dia anak Nun. Lebih
dari sekadar hamba, Yosua adalah murid Musa.
Yosua adalah murid pilihan Musa. Seperti Yesus yang selalu bersama
murid-murid, begitupun Musa. Dia selalu pergi bersama Yosua. Setelah
Musa meninggal, Yosua dipercaya untuk memimpin. Bahkan Tuhan sendirilah
yang memberikan firman kepada Yosua. Seorang pemimpin tidak pernah
dilahirkan, tetapi dibentuk dalam sebuah proses.
Yosua adalah murid yang taat dan rendah hati. Inilah yang menjadi
modal kelak ketika akhirnya dia menjadi seorang guru sekaligus pemimpin
yang cakap dan bijak. Kelemahan Yosua tidak menyiapkan pengganti seperti
dilakukan Musa. Yosua terlalu sibuk dengan peperangan dan aturan-aturan
(halaman 70).
Tokoh-tokoh dalam Alkitab tetaplah manusia. Ketika mengingat tokoh
yang telah meninggal, maka yang diceritakan adalah perbuatannya. Jika,
selama hidup banyak berbuat baik, kebaikanlah yang akan dikenang.
Seorang pahlawan seperti Harun, Musa, dan Yosua dikenang turun-temurun
bukan tentang kematian, tetapi kehidupan mereka.
Diresensi Agata Vera, Lulusan Ilmu Komunikasi STPMD APMD Yogyakarta
Link Resensi http://www.koran-jakarta.com/pemimpin-harus-buat-rakyat-paham-ketetapan-tuhan-/