Sebagai ibu dari tiga anak, satu di antaranya picky eater akut, saya selalu punya wishlist panjang soal makanan: sehat, bergizi, tinggi kalori, dan ini yang paling penting dimakan sama anak, bukan cuma dilirik doang.
Jadi, ketika timeline saya dipenuhi iklan snack anak dengan embel-embel “tinggi kalori untuk anak susah makan”, mata saya langsung kelap-kelip. Namanya Lilmunch. Dengan packaging lucu dan tagline yang menjanjikan, saya yang udah desperate cari cara menaikkan berat badan si bocah langsung klik “beli sekarang” tanpa pikir dua kali.
Dan begitulah, saya terjerumus dalam jebakan snack sehat premium.
Harapan: Naik BB dengan Cara Modern
Realita: Dompet Kering Sebelum Timbangan Bergerak
Saya tuh nggak muluk-muluk. Nggak pengin anak jadi gempal kayak marshmallow. Cuma pengin berat badannya masuk KMS Posyandu dan nggak bikin bu bidan geleng-geleng pas penimbangan bulanan. Jadi, snack tinggi kalori itu terdengar seperti solusi manis nan modern nggak perlu masak, tinggal kasih ngemil. Simpel, kan?
Sayangnya, begitu Lilmunch sampai, ekspektasi saya langsung turun drastis. Ukurannya kecil banget, bahkan saya sempat cek dua kali: ini snack bayi atau tester skincare?
Satu kemasan kecil itu ludes dalam 3 menit. Bahkan anak saya yang biasanya makan segede upil pun bisa habis dalam waktu secepat ia menolak sayur. Dan dalam hati saya mulai berkalkulasi: Kalau sehari makan tiga bungkus, sebulan saya bisa beli kulkas baru.
Soal Rasa? Aman. Tapi Berat Badan Tetap Segitu-Gitu Aja
Saya coba cicipin juga, sebagai ibu milenial yang nggak asal kasih anak makan tanpa uji rasa. Dan jujur, memang enak. Teksturnya lembut, rasanya gurih manis pas. Anak saya pun doyan, dia mangap setiap saya sodorkan.
Tapi kalau ditanya efeknya terhadap pertambahan berat badan? Ya... zonk. Satu dua bungkus tentu nggak ngangkat. Harus rutin, bahkan bisa sampai sehari 2-3 kali biar ada dampak. Dan kalau dihitung, biaya hariannya bisa nyusul cicilan motor.
Saya jadi mikir: daripada beli snack kecil mahal gini, mending saya belanja ayam, telur, dan bikin chicken katsu sendiri. Bisa sekalian buat makan si adek dan bapaknya. Ekonomis dan semua kenyang.
Lilmunch: Cocok Buat Sultan, Kurang Cocok Buat Kaum Emak Mendang-Mending
Saya tidak bilang Lilmunch jelek. Untuk yang dananya longgar dan anaknya suka ngemil, silakan lanjut. Ini bisa jadi alternatif cemilan sehat yang praktis. Tapi untuk saya, yang harus mikir dua kali antara beli snack atau beli gas 3 kilo, rasanya nggak worth it.
Lebih baik saya pakai uang segitu buat masak sup ayam, telur dadar keju, atau bikin bubur daging. Selain lebih banyak porsinya, gizinya pun jelas dan bisa saya kontrol.
Jadi, Beli Lagi? Nggak, Terima Kasih. Saya Masak Sendiri Aja
Akhir kata, saya cuma mau bilang: tidak semua yang viral di TikTok atau Instagram cocok untuk semua ibu. Kadang yang kita butuhkan bukan snack mahal berlabel “tinggi kalori,” tapi waktu, niat, dan sedikit kreativitas di dapur.
Mau anak makan banyak? Mungkin bisa mulai dari makan bareng, menu yang beragam, dan suasana yang menyenangkan. Bonusnya: dapur ngebul, hati senang, dan dompet tetap bernapas.
Lilmunch? Terima kasih sudah pernah mampir di rumah kami. Tapi untuk sekarang, biar saya lanjut goreng ayam dulu, yang kriuknya lebih renyah dari saldo dompet setelah belanja snack viral.
1 comments
Aku juga mba. Drpd beli Snack mahal begitu, yg itungannya tetep aja snack, mending masak sendiri. Bisa beli daging lebih banyak, atau makanan yg memang disukai si anak.
BalasHapusAku tetep lebih milih real food sih, drpd Snack yg udh jadi. Krn kalopun sehat, harganya ga kira2.