Ibuku bukan orang yang suka ngomong bertele-tele. Kalau ada satu kalimat yang sering ia ulang sejak aku masih bau kencur sampai sekarang sudah punya anak sendiri, itu adalah:
“Kalau kamu punya anak, penuhi dulu sandang, pangan, papan. Lain-lain nanti belakangan.”
Buat sebagian orang mungkin itu terdengar terlalu sederhana. Tapi bagi ibu, itu prinsip hidup. Bukan sekadar check list Kebutuhan Dasar Manusia versi buku pelajaran SD. Bagi beliau, ini soal tanggung jawab, soal kesiapan mental, dan yang paling penting, soal kemanusiaan.
Sandang.
Bahasa gampangnya: kasih anak baju yang layak. Yang nyaman dipakai, yang nggak bikin gatal-gatal, dan yang bisa bikin anak lari-lari tanpa kesrimpet. Bukan berarti harus mahal atau branded. Tapi anak juga manusia, bukan figuran sinetron zaman dulu yang bajunya bolong di satu titik sebagai simbol “kemiskinan”. Jangan dikira anak kecil nggak bisa merasa minder. Mereka ngerti kok, mana baju yang sekadar nutup tubuh dan mana yang dikasih dengan penuh perhatian.
Pangan.
Nah ini yang kadang jadi ranjau darat. Ibu pernah bilang, “Kalau kamu bisa beli kuota internet 100 ribu, masa buat beli telur aja nggak bisa?” Makanan bergizi itu bukan soal mahal, tapi soal niat. Niat ngurus anak, bukan sekadar numpangin tumbuh. Apalagi sekarang isu stunting udah kayak hantu keliling Indonesia. Jangan sampai anak kita kekurangan gizi, tapi kita tetap nyantai scroll TikTok sambil makan ciki. Miris.
Dan yang paling bikin ibu geleng-geleng, itu orang tua yang tahu anaknya stunting tapi masih denial. “Anaknya aktif kok, nggak apa-apa,” katanya. Padahal aktif itu bukan indikator tunggal, Bu. Tolong jangan pakai logika: “Anak saya pendek tapi gesit kok.” Gesit bukan ganti rugi gizi.
Papan.
Yang ini juga sering disalahpahami. Bukan berarti harus punya rumah sendiri, atau dinding rumahnya harus pakai wallpaper Korea. Tapi bagaimana menciptakan ruang yang nyaman buat anak tumbuh. Sekecil apapun rumah, kalau suasananya adem, anak bisa tumbuh bahagia. Rumah itu bukan sekadar bangunan, tapi tempat di mana anak merasa paling aman. Paling dicintai. Nggak harus besar, tapi harus hangat.
Sekarang, setelah punya anak sendiri, baru aku ngerti maksud ibu dulu.
Bahwa punya anak itu bukan pencapaian, tapi perjalanan. Dan bukan perjalanan sebentar. Ini long trip seumur hidup, tanpa opsi pulang-pergi. Jadi wajar kalau ibu dulu keras karena dia tahu: yang main-main di awal, biasanya tumbang di tengah jalan.
Jadi buat kamu yang baru mulai atau masih mikir-mikir, ingat baik-baik:
Sandang. Pangan. Papan.
Tiga hal sederhana, yang sering dianggap remeh padahal di situlah letak cinta yang paling nyata.
2 comments
Agree mbaaaa. Ga harus beli yg mahal, ga harus makan yg mewah, apalagi soal rumah .yg penting anak bisa merasakan semua dengan layak. Baju layak, makanan bergizi dan suasana rumah yg penuh cinta kasih.
BalasHapus3 ini aja terpenuhi, anak bakal tumbuh dengan baik
bener mbak, sandang pangan papan, gimanapun ketiga hal ini merupakan kebutuhan primer.
BalasHapusmemberikan pangan yang baik dan sehat kepada anak, juga merupakan bekal mereka untuk masa depan. Tempat tinggal yang layak huni, juga membuat mereka betah untuk tidur dan belajar nantinya