Disclaimer! Ini Bukan Nakut-Nakutin, Sumpah!
Tulisan ini bukan buat nakutin.
Tulisan ini bukan untuk melarang KB (siapa saya melarang-larang 😂).
Tulisan ini juga bukan bentuk penolakan program BKKBN.
Ini murni cerita pribadi saya yang kalau diceritain sambil ngopi, mungkin bikin kamu mikir, “Lho kok bisa gitu?”
Hallah, Mbak… kamu itu ribet banget sih. Kalau nggak mau KB ya terserah, tapi nggak usah nakut-nakutin orang!
Nah, ini nih… padahal sumpah, bukan nakut-nakutin.
Kalau niatnya nakut-nakutin, saya udah bikin judul clickbait macam “KB Hormonal, Jalan Pintas Menuju Kamar Operasi” tapi kan nggak. Justru saya cerita supaya perempuan lebih AWARE. Lebih melek sama tubuhnya sendiri. Dan ya… biar nggak ngalamin drama yang sama kayak saya: payudara dibedah. Emang mau?
Awalnya Saya Santai Saja…
Jadi ceritanya, saya ditawarin pakai KB Implan.
Buat yang belum tahu, KB Implan itu salah satu jenis KB hormonal. Praktis, nggak perlu minum pil tiap hari atau suntik every 3 bulanan. Tapi efeknya… ya, kata dokter, jangka panjang. Dan ternyata, spoiler alert, nggak semua tubuh perempuan bisa cocok sama yang satu ini.
Baru sadar setelah ngobrol panjang sama Dokter Onkologi dan Dokter Radiologi, yang akhirnya bikin aku mikir:
“Mau dibius aja kita ditanya dulu alergi obat atau enggak. Mau disuntik antibiotik aja ditanya dulu riwayat kesehatan.
Masa mau masukin benda sintetis ke dalam tubuh selama 3 tahun, ya langsung sikat gitu aja tanpa tes apapun?”
JLEBBBBBB
Waktu itu rasanya pengen mukul jidat sendiri. Sambil bilang GOBLOK GOBLOK GOBLOK 🤮🤮
Ternyata, Sebelum Pasang KB Hormonal Itu Harus Tes, Ibu! tes hellowwww
Dan ya, aku baru tahu setelah kena batunya benjolan di payudara, pendarahan nggak normal, dan akhirnya harus operasi eksisi biopsi.
Sebenarnya, sebelum pasang KB Implan (atau KB hormonal lainnya), Dokter SpOG yang kompeten pasti akan menyarankan beberapa pemeriksaan dulu. Bukan karena LEBAY.
Kasus benjolan di payudara yang saya alami memang nggak bisa dibilang 100% gara-gara KB Implan. Tapi pas saya ngobrol sama dokter, beliau bilang, “Ya bisa jadi, Mbak. Apalagi kalau hormon nggak cocok, payudara jadi lebih sensitif.”
Bahkan obrolan panjang sama dokter radiologi bapak-bapak, punya anak satu yang dengan tegas melarang istrinya pakai KB hormonal. Alasannya? Beliau sudah lihat terlalu banyak kasus kayak saya. Ada yang kena di payudara, ada yang masalah di ginjal, ada yang hati-nya ngambek.
Kata Dokter:
Walaupun saya bukan Dokter Obygin tapi sebagai dokter kalau memasukkan sesuatu yang sifatnya sintetis ke tubuh pasti di awal akan ditanya tuh Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Medis
Riwayat haid (teratur nggak?), Riwayat menyusui, Riwayat alergi, Riwayat penyakit dalam (hipertensi, diabetes, penyakit liver, gangguan pembekuan darah), Riwayat KB sebelumnya dan efeknya
Nah dari sini dokter bisa tahu apakah tubuh Ibu sensitif terhadap hormon atau enggak
Selanjutnya nanti pasti ambil darah untuk Tes Fungsi Hati (SGOT-SGPT)
Karena KB hormonal itu diproses di hati, wajib tahu dulu kondisi liver kita kuat apa enggak. Kalau hasil SGOT/SGPT-mu tinggi, berarti hati kamu lagi kerja keras atau ada masalah, dan tambahan beban dari hormon bisa jadi terlalu berat.
Ingat, liver itu organ sabar. Seringnya baru ketahuan setelah rusak parah.
Ambil darah tadi juga sekalian Tes Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin) Ginjal juga bagian dari sistem ekskresi yang akan bekerja untuk membuang kelebihan hormon sintetis dalam tubuh. Kalau kamu punya riwayat gangguan ginjal, KB hormonal bisa memperparah.
Lalu, Tes Kehamilan Wajib. Karena jelas, jangan sampai pasang KB dalam keadaan hamil. Nggak semua kehamilan awal terdeteksi lewat gejala, jadi tes ini mutlak. Kemudian USG Rahim dan Payudara (kalau perlu) Kalau dokter mencurigai kamu punya riwayat benjolan, kista, atau nyeri payudara kronis, dokter bisa minta USG untuk cek lebih lanjut. Seharusnya ini jadi pertimbangan, apalagi buat kamu yang usianya sudah di atas 30-an.
Banyak kan testnya. Yang langsung pasang gas gess gosss Goblok kayak aku, jangan ya dek yaaaa!
Bukan Cuma Urusan Hormon
Kalau mau sedikit ilmiah jangan kabur dulu KB hormonal itu diprosesnya again di hati (SGOT, SGPT) dan juga mempengaruhi fungsi ginjal (ureum, kreatinin). Kalau kedua organ vital ini lagi ngambek, siap-siap aja tubuh kasih “surat peringatan” dalam bentuk gejala yang aneh-aneh.
Puji Tuhan, waktu saya tes darah di RSUP Ben Mboi, fungsi hati, ginjal, dan elektrolit saya masih aman. Hepatitis B? Nol. Infeksi darah? Nggak ada. Tapi periode haid saya jadi panjang lebih mirip pendarahan marathon ketimbang menstruasi normal.
Terus kenapa Banyak yang Langsung Pasang Tanpa Tes? ((Salah satunya saya))
Jawabannya simpel
Kadang karena kurang edukasi (contohnya lagi saya sendiri), berasa GOBLOK banget karena kurang riset.
Kadang karena sistem layanan kesehatan yang terburu-buru. Penjelasan bidan ga detail.
Dan Kadang karena kita sebagai pasien terlalu manut dan nggak nanya apa-apa
Dan kadang jugaa, karena kita perempuan, kita terlalu sibuk ngurus semua orang kecuali diri sendiri.
Akhirnya… Bye, KB Implan
Dokter pun menyarankan, selama masa pengobatan dan persiapan operasi, tubuh saya sebaiknya bebas dari hal-hal sintesis yang bikin kerja organ makin berat.
Jadi… yaudah, fix saya lepas.
Sekarang?
Big NO untuk semua jenis KB hormonal. Kapok, Say! Ini cukup jadi pengalaman sekali seumur hidup. Saya anggap ini teguran halus (tapi menohok) dari Tuhan: “Hei, jaga tubuhmu. Itu aset jangka panjang, bukan barang sewaan.”
Kenapa Saya Tulis Ini?
Karena jadi perempuan itu ribet.
Karena anak-anak saya masih kecil dan butuh ibu yang sehat.
Karena kesehatan itu investasi, bukan pengeluaran.
Dan karena saya nggak mau perempuan lain mengalami plot twist hidup yang sama kayak saya.
Bukan larangan. Bukan propaganda anti-KB.
Cuma cerita dari saya yang pernah ketok pintu ruang operasi gara-gara hal yang awalnya kelihatan sepele.
Kalau kamu mau pakai KB hormonal, silakan. Tapi please… kenali tubuhmu, pliss cek dulu ke Dokter SpOG, dan jangan cuma percaya sama “kata orang” "kata kader" dan cari bidan yang penjelasannya lengkap bukan sekedar macam iklan yang dijelasin yang manis-manis aja.
Kesehatan itu mahal. Tapi harga penyesalan jauh lebih mahal.
0 comments