Kenapa Saya Memilih Menikah Secara Katolik?

Cieee Ngeliatin Cieee

Oke disclaimer dulu, Cerita Makvee kali ini tidak bermaksud menjadi ajang membanggakan agama karena Makvee sendiri juga belum bener-bener amat tingkah dan lakunya. Kali ini Makvee murni mau berbagi perspektif baru, yaitu soal Menikah secara Katolik.

Ya sebenarnya pertanyaannya aneh sih tapi unik aja jadi judul eheeee

Kenapa saya menikah secara Katolik, ya jelas saja karena keyakinan saya Katolik

Cerita dulu dikit yaaaaa.... Makvee bukan seseorang yang agamis dan rajin misa pagi ke gereja, Makvee juga bukanlah seseorang yang baik dan jauh dari drama-drama kehidupan, tetapi karena dilahirkan dan dibesarkan dengan keluarga mayoritas Katolik maka Makvee menjalani keyakinan ini hingga sekarang. Walaupun tidak semua keluarga beragama Katolik tapi cukup santuy untuk saling menghargai satu sama lain.

Dan prinsip dari dulu emang tidak akan menikah dengan orang yang tidak seiman, walaupun pernah goblok juga sih ketemu man(bekan)tan yang kalau diceritain kagak bakalan habis itu aibnya. Buahahahaha hoekkkkk

Tapi memang percaya semua indah pada waktunya ketemu orang yang tepat disaat yang tepat juga. Memang kadang dalam hidup harus bertemu yang salah dahulu baru ketemu yang benar.

Oke back to konteks yaaa,

Kenapa saya menikah secara Katolik, ya jelas saja karena keyakinan saya Katolik, dan bagaimana sih pengurusan pernikahan secara Katolik?

Ouwww bukan lagi fulgoso tidak semudah itu. Sampe drama-drama berantem sama emak yhekan gegara eike terlalu syantai. Calon suami yang sekarang udah jadi suami juga orangnya santuy-santuy aja ngeliat Makvee saat itu ga gerak bergerak.

Terlepas dari acara lamar melamar klise, sebenarnya Makvee dan suami saat itu cukup realistis karena pandemi. Jadi karena pandemi kami ga mikir banyak, baru mikir banyak pas pandemi kok agak-agak landai yaaa. Apalagi rata-rata Kursus Persiapan Hidup Berkeluarga (KPHB) di Jogja saat itu emang lagi musimnya online semuanya. Akhirnya Makvee daripada ribut sama emak dan calon suami udah mulai nyuruh Makvee gerak (berhubung kami LDR) yaudah deh Makvee membuat itinerary untuk mau ke gereja mana yang bisa dituju, mana aja dah pokoknya dilist.

Akhirnya ngelist tuh sampe ngeprint daftar gereja se-DIY, bukan lagi kan mikirnya bakalan gempor kalau ga nemu gereja yang menyediakan KPHB dengan tanggal terdekat dan cocok waktunya.

Keliling Gereja tapi ga keliling-keliling banget

Gereja pertama yang Makvee tuju tentu saja Paroki Santo Yakobus Klodran Bantul, yang sebenarnya Makvee udah tahu mereka udah lama ga menyelenggarakan KPHB, makanya umatnya lari ke gereja lain buat KPHB. Atas saran dari pengurus sekretariat Makvee disarankan untuk datang ke Gereja Ganjuran dan Gereja Kristus Raja Baciro. Tapi setelah dari gereja klodran Makvee gas menuju Gereja Kidul Loji, tapi sayang sekali bahwa mereka sedang tidak membuka kelas KPHB karena sedang menyiapkan evaluasi KPHB dari mulai Januari-Juni. Okay, Makvee pun bergegas menuju Gereja Kristus Raja Baciro dan segera menuju ke sekretariat, disana Makvee diminta untuk mendaftarkan diri melalui WA yang diberikan oleh Bapak petugas di sekretariat. Menurut Info dari Bapak di sekretariat Gereja Kristus Raja Baciro membuka kelas KPHB pada Bulan Agustus 2021 dan “pas-lah” kata Makvee dalam hati. Fiuh lega Makvee pun bisa pulang ke rumah dengan perasaan sedikit lega dan bisa memberikan progressnya ke calon suami dan emak tentunya.

Ada hal penting sebelum mempersiapkan KPHB

Beberapa bulan sebelumnya Makvee harus memperbarui surat baptis ke paroki asal Makvee baptis. Makvee dibaptis di Gereja Santa Odilia Bandung, maka Makvee harus menghubungi Gereja Santa Odilia Bandung untuk memperbarui surat baptis. Syukurlah di masa pandemi semua jadi lebih mudah, karena dari sekretariat Gereja Santa Odilia hanya meminta scan



  1. Surat Baptis
  2. Surat Penerimaan Sakramen Komuni Pertama
  3.  Surat Penerimaan Sakramen Krisma

Fyi, Surat Baptis terbaru berlaku selama 6 bulan sejak ditandatangani Romo setempat, jadi kalau lebih dari 6 bulan kalian belum jadi nikah juga maka surat itu hangus masa berlakunya dan harus urus dari awal. Ini berlaku di Gereja Katolik manapun dan di KPHB gereja manapun, syaratnya sama banyaknya kok ehehehhe

Setelah mendaftarkan diri Makvee dan pasangan pun tentunya siap untuk mengikuti KPHB, nah sertifikat KPHB ini yang nanti digunakan untuk mendaftarkan pernikahan di Paroki pihak perempuan. Sebenarnya sih yang baik KPHB dilaksanakan minimal 4 bulan sebelum pemberkatan pernikahan agar tidak mepet. Tapi Makvee kursus bulan Agustus akhir dan Menikah bulan November, kebayang dunk persiapannnya udah kayak pencak silat kwkwkkw

Nah berikut Makvee spill-spill surat-surat apa saja yang harus disiapkan

1. Surat Pengantar dari Lingkungan Masing-masing. Jadi apabila kalian berasal dari paroki Gereja Katolik A dan pasangan kamu berasal dari Paroki Gereja Katolik yang berbeda , maka kalian harus meminta surat pengantar dari Paroki Gereja masing-masing. Ini wajib hukumnya, kalau tidak ada surat pengantar maka kamu durhaka kwkwkwk

2. Surat Baptis Terbaru sekaligus mendapatkan STATUS LIBER bahwa kita memang benar-benar tidak ada halangan untuk menikah.

Ini Surat Baptis Makvee yang udah diperbarui

3. Akte Kelahiran yang sudah dilegalisir

Terus apa sih yang dibahas selama KPHB itu. Uhmmm topiknya seru dunk apalagi soal seks topik paling menyenangkan kwkwkwkw. Pada umumnya kursus akan dilakukan selama 2-3 hari pada akhir pekan. Materi dari kursus tersebut seputar tentang pengenalan diri, ekonomi, sex, kehidupan berkeluarga, dan perencanaan masa depan. Setelah kalian mengikuti kursus ini, kalian akan mendapatkan sertifikat yang nantinya harus banget dibawa ke Gereja pada saat mendaftarkan pernikahan kamu seperti yang Makvee bahas diatas.

Demikian cerita Makvee soal awalan pengurusan menikah secara Katolik, dinikmati dalam prosesnya, jaga emosi, dan tetap semangat karena menikah itu hanya sekali. Cheers. 

0 comments